Dari Dulu Hingga Kini
Cikal
bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara nyata
di Yogyakarta . Pada tahun 1975, sejumlah
alumni (Purna) Paskibraka tingkat Nasional yang ada di Yogya, berkeinginan
untuk mendirikan organisasi alumni, lalu mereka menyampaikan keinginan itu
kepada para pembina di Jakarta .
Para pembina lalu menawarkan sebuah nama,
yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti ikatan persahabatan para
alumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian digodok lagi dan akhirnya
disepakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP) Yogyakarta ,
yang artinya wadah berhimpun dan pengabdian para alumni Paskibraka. PEP DI
Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober 1976. Seiring dengan itu, para alumni
Paskibraka di Jakarta
kemudian meneruskan gagasan pendirian organisasi REKA PURNA PASKIBRAKA
(RPP). Sementara di Bandung, berdiri pula EKA PURNA PASKIBRAKA (EPP).
Namun, dalam perkembangannya, ketiga organisasi itu belum pernah melakukan
koordinasi secara langsung untuk membentuk semacam forum komunikasi di tingkat
pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada keinginan untuk membentuk
organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda dengan Jakarta , Bandung dan Yogya
yang menjadi kota
tujuan para alumni Paskibraka untuk melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an,
alumni Paskibraka di daerah lain hanya dibina melalui Bidang Binmud Kanwil
Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai perangkat dalam pelaksanaan berbagai
upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan pembinaan generasi muda,
karena dianggap potensial sesuai predikatnya.
Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM) berinisiatif untuk
mendayagunakan potensi alumni berbagai program yang telah dilaksanakan,
termasuk program pertukaran pemuda Indonesia dengan luar negeri (saat
itu baru CWY atau Indonesia-Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pemuda ASEAN-Jepang).
Organisasi itu diberi nama PURNA CARAKA MUDA INDONESIA (PCMI). Maka, selain di Jakarta , Bandung
dan Yogya, seluruh Purna Paskibraka di daerah lainnya digabungkan dalam PCMI.
Hal itu berlangsung sampai tahun 1985, ketika Direktorat PGM ”menyadari” bahwa
penggabungan Purna Paskibraka dengan alumni pertukaran pemuda bukanlah sebuah
pilihan yang tepat. Karena itu, sebagai hasil dari Lokakarya Pembinaan Purna
Program Binmud di Cisarua, Bogor —yang dihadiri
oleh para Kabid Binmud seluruh Indonesia
serta para alumni Paskibraka dan pertukaran pemuda— dikeluarkan SK Dirjen
Diklusepora No. Kep.091/ E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985 yang memisahkan para
alumni dalam dua organisasi, masing-masing PCMI untuk alumni pertukaran pemuda
dan PURNA PASKIBRAKA INDONESIA (PPI) untuk alumni Paskibraka. Dengan
alasan untuk menjaga agar keputusan itu tidak ”mencederai hati” para Purna
Paskibraka yang telah lebih dulu mendirikan PEP, RPP dan EPP, maka
ditetapkanlah bahwa PPI adalah organisasi binaan Depdikbud yang bersifat
regional provinsial. Artinya, organisasi itu ada di tiap provinsi namun tidak
mempunyai Pengurus di tingkat pusat. Itu, sebenarnya sebuah pilihan yang sulit,
bahkan ”absurd”. Bagaimana sebuah organisasi bernama sama dan ada di tiap provinsi
tapi tidak mempunyai forum komunikasi dan koordinasi di tingkat pusat.
Ternyata, hal itu dipicu oleh kekhawatiran organisasi kepemudaan ”tunggal”
asuhan pemerintah yang melihat PPI adalah sebuah ancaman. Namun, dengan
kegigihan para Purna Paskibraka yang ada di Jakarta, akhirnya kebekuan itu
dapat dicairkan. Empat tahun harus menunggu dan bekerja keras untuk dapat
menghadirkan Pengurus PPI daerah dalam sebuah Musyawarah Nasional (Munas).
Tanggal 21 Desember 1989, melalui Munas I di Cipayung, Bogor , terbentuklah secara resmi PPI Pusat,
lengkap dengan perangkat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).